Sunday, August 17, 2008

Cinta

0

Perkenalkan namaku Azlan. Kenapa namaku seperti itu? Dan 
Ini ceritanya.Aku akan menceritakan secara singkat saja. 
Aku adalah anak bungsu, dilahirkan pada bulan September 
tahun 1967 di kedah. Kedua orang tuaku berasal dari 
kedah. Bapakku adalah seorang tukang kayu dan saat aku 
dilahirkan, beliau bekerja di Kilang Plywood. Tetapi 
malang terjadi dan bapakku yang tak tahu apa-apa ikut 
ditukarkan ke Kangar, Tinggallah ibuku yang sedang hamil 
tua mengandung aku dan kakakku. Akhirnya kakakku 
diberikan kepada salah seorang Pegawai Tentera sementara 
ibuku bekerja di kilang padi. 
Saat ibuku bekerja, tiba-tiba perutnya sakit dan tanpa 
sempat dibawa ke hospital ataupun kelinik, maka lahirlah 
aku di kilang padi tersebut dengan ditolong oleh 
beberapa pekerja. Aku diberi nama Azlan, sesuai dengan 
kondisi dan situasi saat itu. Oleh Mandor kilang 
tersebut, ibuku ditolong dengan bekerja sebagai pembantu 
rumahnya , selama kurang lebih 8 bulan. 
Disebabkan Pak Mat, adik dari mandor tersebut yang 
tinggal di Penang memerlukan pembantu, maka ibuku 
dimintanya dan disuroh ke Penang untuk menjadi pembantu 
di rumah Pak Mat. Jadilah aku, kakakku dan ibuku hijrah 
ke penang pada bulan Julai 1969 di rumah Pak Mat di 
Tanjung Bungah. Pak Mat adalah seorang Pegawai Tentera. 
Tetapi pada tahun 1973, Pak Mat meninggal dunia karena 
sakit. Isteri Pak Mat, Mak Salbiah memutuskan untuk 
kembali ke Johor Baharu sedangkan anak-anaknya karena 
sudah berkeluarga semua akan tetap di Kuala Lumpur dan 
masing-masing sudah ada pembantu. 
Akhirnya Mak Salbiah memberi ibuku wang yang cukup 
sebagai modal untuk berniaga. Dikarenakan usia kakakku 
yang sudah 7 tahun lebih dan harus sekolah, maka kakakku 
diberikan kepada saudara bapakku yang bekerja sebagai 
Pegawai Daerah. 
Akhirnya ibuku menyewa rumah di negeri Kedah dekat Pasar 
malam, dan membuka warung tembakau kecil-kecilan di 
pinggir jalan . Jarak antara rumah sewaku dengan warung 
kira-kira 500 meter. Rumah sewa itu milik orang Penang, 
ada 3 pintu, masing-masing ada dapur, 1 bilik tidur dan 
ruang tamu. Lantainya masih tanah. Perigi dan bilik 
mandinya hanya satu di belakang dipakai bersama-sama. 
Letak rumah tersebut di tengah kebun rambutan jauh dari 
jiran tetangga. Sedangkan pemilik rumah, rumahnya cukup 
jauh sekitar 3 kilometer. 
Masih sangat kuingat bahwa kami hanya tidur di atas kayu 
beralaskan tikar mengkuang tanpa selimut, pinggan makan 
hanya dua biji itupun dari pemberian jiran sebelah, 
radio 2 band AM dan SW1, tak punya almari pakaian. 
Pakaian kami hanya diletakkan di bawah tikar tempat 
tidur agar terlihat rapi. 
Rumahku letaknya di tengah. Tetangga kiriku seorang 
tukang kayu yang kerjanya tidak tetap, sedangkan 
istrinya menjual sayur. Anaknya hanya seorang perempuan 
namanya Mazni. Umurnya saat itu baru 5 tahun, lebih muda 
1 tahun dariku. Anaknya hitam manis. Sedangkan sebelah 
kananku adalah Mak Piah yang bekerjanya di kedai pakaian 
. Umurnya sekitar 20 tahun. Putih, cantik dengan rambut 
panjang dan berlesung pipitnya. 
Aku dan mazni sangat rapat bagaikan saudara kandung. Itu 
didisebabkan kami sering main bersama, makan bersama, 
mandi bersama bahkan tidur siang pun kekadang kami 
bersama. U mungkin sulit membayangkan bagaimana anak 
sekecil kami sudah harus mengurus diri sendiri. Tapi 
keadaanlah yang memaksa kami demikian. 
Tahun 1979, aku sekolah di Sek Men di Negeri kedah yang 
letaknya kurang lebih 1 km dari rumah yang disewa dengan 
jalan kaki melalui sawah dan kubur. Ke sekolah dengan 
tidak berkasut adalah hal yang biasa pada saat itu. 
Begitu pula aku. Setiap hari sepulang sekolah aku ke 
warung ibuku untuk membantu, terkadang harus menghantar 
barangan jualan ke pasar. Sehingga waktu untuk bermain 
sangat sedikit. 
Hubunganku dengan mazni makin dekat saja karena kalau 
siang kami tak ada teman bermain. Hanya aku dan mazni. 
Teman sebenarnya banyak, hanya karena kami dari keluarga 
miskin, kami agak ketingalan dan kawan-kawan kami pun 
seperti tidak mahu berkawan dengan kami. Tapi dalam 
halpelajaran sekolah, aku sama sekali tidak pernah 
ketinggalan. Aku selalu bersyukur, walaupun buku 
pelajaranku selalu pinjam dari kawan yang satu kelas 
denganku dan belajar dengan lampu minyak tanah, aku bisa 
sejajar dengan temanku yang lain. Bahkan aku selalu 
masuk dalam kategori 10 yang terbaik. Hal itu 
berlangsung terus sampai aku tingkatan 2. 
Hingga pada suatu saat ketika aku berumur 13 tahun. Aku 
telah selesai membeli keperluan warung untuk esok hari. 
tembakau, pisang, ubi, , minyak tanah, minyak kelapa 
dll. Oh ya, ibuku selain menjual tembakau, juga jualan 
pisang goreng, , kacang goreng, kopi, teh dll. 
Saat aku sedang istirahat, karena siangnya aku harus 
sekolah, aku mendengar suara erangan dari kamar sebelah 
kanan. Seperti orang menangis tapi bunyinya aneh. 
"Kenapa Mak Piah ya.... apa sedang sakit perut?" 
pikirku. 
Oh ya Mak piah sekarang sudah janda. Suaminya meninggal 
kemalangan kereta 2 tahun yang lalu saat usia perkawinan 
mereka sekitar 6 bulan.Penasaran kuintip lewat 
celah-celah bilik tidur. Aku kaget! Penasaran, 
pelan-pelan kubesarkan lubang mengintipnya, nah semakin 
jelas. Ternyata Mak Piah sedang bersenggama dengan 
lelaki yang tak kukenal. Mak Piah posisinya berada di 
atas lelaki itu. Kepalanya mengadah ke atas.Karena 
posisi mengintipku dari samping, maka yang kelihatan 
hanyalah payudara Mak Piah saja. Payudaranya kurasa 
cukup besar dan masih kencang itu berguncang-guncang. 
Mungkin karena Mak piah janda yang belum punya anak, 
jadi payudaranya masih bagus. Umur Mak Piah saat itu 
sekitar 21 tahun. "Aduuhh.. shh.. sshh.. ooohh.. 
ooohh.." rintih Mak Piah. Lelaki itu memegang pinggang 
Mak Piah, sedangkan pantatnya bergoyang-goyang. 
Aku yang baru pertama kali melihat adegan itu secara 
live (walaupun cerita tentang hal itu sering kudengar 
dari teman-teman) membuatku makin berdebar. Aku terus 
mengintip sementara tanpa kuperintah kemaluanku menegang 
keras. Kulihat frekuensi naik turun Mak Piah semakin 
cepat sambil mulutnya bicara yang tidak jelas. Lalu 
tiba-tiba Mak Piah mengeram panjang."Aaaa.. aaachchch.. 
hhuuu.." dan terlihat dia tergeletak lemas di atas 
laki-laki itu. Pelan-pelan aku turun dari meja dengan 
kaki yang gemetar. 
Siang itu aku di sekolah banyak termenung , sehingga 
teman-temanku banyak yang bertanya kenapa aku ini, 
kujawab saja aku sedang tidak enak badan. Mungkin masuk 
angin. 
Semenjak saat itu setiap ada suara-suara desahan dan 
kesempatan aku selalu mengintip aktiviti Mak Piah. Mak 
Piah cutinyer tidak tentu. Terkadang Senin, kadang 
Selasa atau hari-hari yang lain. Jadual desahan itu 
hampir bersamaan yaitu sekitar jam 10 pagi sampai jam 12 
tengahari.Yang kuherankan, lelaki pasangannya sering 
berganti-ganti. Akhirnya aku tahu kalau Mak Piah itu 
biasa tidur dengan lelaki yang mau membayarnya. tidak 
hairan ler seorang penjaga kedai pakaian punya TV serta 
perabotnya lengkap dan bagus. 
Mungkin awalnya Mak Paih biasa dibawa ke hotel-hotel 
tapi karena dianggapnya rumah sewanyer sepi, maka Mak 
Piah memutuskan main di rumah sahaja. Karena sudah 
beberapa kali aku melihat Mak Piah melakukan senggama, 
akhirnya aku tahu cara-caranya. Pertama mereka saling 
cium, saling raba, saling remas, saling hisap lalu 
melakukan persetubuhan dengan pelbagai posisi. Aku tahu 
bentuk vagina Mak Piah yang berbulu lebat. 
Itulah yang membuatku mempunyai perasaan lain setiap 
melihat kawan dekatku, si Mazni. Mazni kini umurnya 
sudah 12 tahun, sudah darjah 6. Kami sekolah di tempat 
yang sama. Sama-sama sekolah pagi. Dia sekarang jauh 
lebih putih daripada dulu. 
Hal-hal yang tadinya tidak begitu kuperhatikan pada 
Mazni akhirnya kuperhatikan. Wajahnya yang oval, 
hidungnya yang agak mancung, giginya yang putih, 
bibirnya yang merah alami, alisnya yang cukup tebal, 
rambutnya dipotong pendek ternyata semuanya dapat 
dinilai. Dadanya bagus tidak terlalu besar. "Kenapa baru 
sekarang aku perhatikan nya. Kenapa tidak dari dulu?" 
pikirku. Mungkin karena aku terlalu sibuk dengan 
urusanku, keluargaku, sekolahku. Padahal aku sering 
mengajarkan Matematika dan Sejarah kepadanya. 
Suatu ketika, sewaktu kulihat ada Mak Piah di rumah 
sedang menerima tamu, kira-kira jam 10, aku tahu apa 
yang akan terjadi. Setelah mereka masuk bilik, kupanggil 
Mazni. Waktu itu dia sedang menbasuh beras. 
"Mazni, sini jab. Mau lihat yang bagus tak?" kataku. 
"Lihat apa?" dia tanya balik. 
"Semestinya bagus .." ajakku sambil membimbing 
tangannya. 
Sementara dia sedang jongkok, sekilas terlihatlah celana 
dalamnya yang berwarna putih di antara pahanya yang 
mulus. Pikiranku langsung bercelaru. "Seperti apa ya 
isinya? Apa masih seperti dulu?"pikirku. Karena sejak 
umur 8 tahun kami tak pernah mandi telanjang lagi. Malu 
katanya. Saat dia bangun, dadanya sempat tersentuh 
lenganku. Lunak dan lembut. Waahh, makin bercelaru aku. 
Setelah menyimpan bakul beras di rumahnya, dia pun masuk 
ke rumahku melalui pintu belakang."Sssttt.. jangan 
bising ya.." kataku sambil menempelkan telunjukku ke 
bibirku. 
"Kenapa?" tanyanya. Aku dekatkan bibirku ke telinganya. 
"alih kalendernya, di situ ada lubang. Cuba lihat ada 
apa.." bisikku. Sementara itu sudah ada suara 
desahan-desahan halus dari bilik sebelah. Dia naik 
dimeja perlahan-lahan. Ditolaknya kalender dan mulai 
mengintip. Reaksi pertamanya adalah kaget dengan muka 
merah menatapku. 
"Ada apa?" tanyaku berlagak bodoh. "Mereka sedang buat 
apa?" tanyanya. "Aduuhhh.. Mazni belum ngerti atau 
pura-pura .." kata batinku.Aku langsung mengambil 
kesimpulan sendiri kalau Mazni itu sama seperti aku 
dulu. Tidak tahu apa-apa tentang seks.
"Cuba kamu lihat terus. Aku tidak mengerti makanya 
kupanggil kamu. Karena aku sudah pernah lihat tapi aku 
tidak tahu.." jawabku pura-pura bodoh.Akhirnya Mazni 
mengintip lagi. Selama Mazni mengintip, kuperhatikan dia 
dari belakang agak ke kanan. Dia memakai daster tipis 
dengan lubang lengan yang agak lebar. Aku bisa melihat 
bulatan payudaranya yang tertutup kaos dalam agak 
longar. Agak mengembung, putih, putingnya agak 
samar-samar karena dari samping. Kulihat pinggangnya 
agak ramping, bongkahan pantatnya yang cukup besar untuk 
anak seusianya. Sementara garis celana dalamnya terlihat 
jelas di balik dasternya yang biru tipis. 
Nafas Mazni kudengar makin cepat dan badannya agak 
gemetar. Cukup lama kira-kira 20 menit, sampai terdengar 
erangan panjang dari kamar sebelah. Akhirnya Mazni duduk 
di didepanku. Wajahnya merah padam. Waahh.. makin cantik 
saja Mazniku ini. "cam mana Mazni?" tanyaku. "tak tahu 
.. ah.. aku mau masak..!" sahutnya sambil berlari 
keluar. "Dia kenapa ya..?" soal batinku. Setelah itu aku 
buat adunan kueh, memotong-motong pisang, merebus ubi, 
lalu pergi mandi. Saat sedang berjalan ke kamar mandi, 
aku sempat melihat Mazni sedang termenung di depan 
rumahnya. Pasti gara-gara mengintip tadi. 
"haiyoo.. ngelamun. nanti kemasukan setan tauuu. Mau 
sekolah ker tidak?" tanyaku.Dia rupanya terkejut saat 
kutanya begitu. "Eh.. oh. lan pegi ler dulu. Aku 
menunggu nasi nich.. Nanti aku menyusul.." sahutnya.
Dia selalu memasak sebelum berangkat sekolah supaya 
kalau ibunya pulang dari menjual sayur, makanan sudah 
ada. Tinggal goreng lauknya saja. Kalau aku, pagi 
setelah minum teh, kubuka warung dan ibuku memasak 
setelah itu ibu ke warung, lalu menuliskan apa-apa yang 
perlu dibeli di pasar. Sepulang dari pasar kupersiapkan 
bahan-bahan untuk pisang goreng lalu dibawa ke warung. 
Aku selalu belajar di malam hari. Baik home work maupun 
pelajaran untuk esok harinya. 
Selesai mandi aku ganti baju. Siap-siap mau sekolah. 
Kupakai sepatuku. Melihat sepatu itu aku tersenyum 
sendiri. Sepatu itu adalah hasil jerih payahku mengumpul 
dan menjual kelapa (nyior) dan menjualnya ke kedai yang 
tak jauh dari rumahku. Setelah selesai membungkus barang 
yang mau dibawa ke warung, aku teriak pada Mazni. 
"Mazniii.. jom ..! Nanti terlewat.." teriakku. 
"Sebentaaarrr.. Mazni tengah pakai kasut.." sahutnya. 
Tak lama Mazni keluar. "Woww hari ini tambah cantik 
ya.." kata batinku. Selama dalam perjalanan ke sekolah, 
Mazni banyak diamnya dibandingkan hari-hari sebelumnya. 
Biasanya dia cerita tentang keadaan pasar dimana dia 
membeli sayur untuk dijual oleh ibunya (dia kepasar jam 
4 pagi, pulangnya jam 6 pagi. Setelah ibunya pergi 
menjual sayur, dia tidur sebentar). "Mungkin karena 
pengalaman mengintip tadi.." kata batinku. Pulang 
sekolah pun dia banyak diamnya. "Kenapa dengan Mazniku 
ini.." kata batinku. 
Sementara aku singgah di warung untuk bantu ibu, dia 
langsung pulang seperti biasanya. 
Malam harinya, saat aku sedang belajar, Mazni datang 
menghampiriku. "Lan , ajar Mazni soalan yang ini .." 
pintanya sambil membawa buku Matematik-nya. "Sebentar ya 
Maz i selesaikan home work dulu.." jawabku. Setelah aku 
selesai, aku tanya apa home work -nya. Ah, ternyata 
hanya soalan mudah saja. Itu soalan mudah bagiku. 
Kujelaskan panjang lebar tentang hal itu. 
Dia memperhatikan dengan kusyuk. Memang si Mazni itu 
termasuk anak yang pintar. Dia cepat menangkap apa yang 
kuterangkan. Mungkin guru di sekolah terlalu cepat 
mengajarnya atau kurang biasa memberi contoh yang dapat 
difahami. Selama aku menjelaskan, Mazni sering 
memandangku. Aku dapat melihat jernih bola matanya 
walaupun ruangan hanya diterangi dengan lampu minyak. 
Setelah jelas dengan keteranganku, dia mulai mengerjakan 
home work-nya. Tak lama kemudian dia selesai dengan home 
work-nya dan kuperiksa ternyata betul semua. Mulailah 
kita bersembang macam-macam. Kami memang jarang sekali 
menonton tv. Karena harus menunggu Mak Piah pulang kerja 
sekitar jam 9 malam terkadang lebih, Ibuku sudah tidur 
sejak selesai sholat Isya. Begitulah cara ibuku untuk 
menjaga kesihatan tubuhnya setelah seharian bekerja di 
tepi jalan. Penyakit ibuku paling-paling hanya masuk 
angin. Setelah aku sapu minyak dan picit sudah sembuh. 
Begitu pula dengan ibu si Mazni. Bapak si Mazni saat ini 
sedang bekerja kontrek membuat rumah di perak dan akan 
pulang 1 bulan sekali. Oh.. bapak si Mazni asalnya dari 
perak, sedang ibunya dari kedah. 
Setelah sembang punya sembang, akhirnya sampai ke topik 
apa yang kita intip tadi siang. Ditopik ini aku 
merasakan penisku mulai mengeras. Apalagi Mazni sering 
memandangku dengan pandangan yang terasa lain 
dibandingkan kemarin. 
Dia bertanya, "Lan, apa ya. yang dirasakan Mak Piah tadi 
siang ..? seperti kepedasan, seperti nangis.. tapi 
sepertinya Mak Piah sangat menikmati yaa.." "Waahh kalau 
itu Lan tidak tau.. sebab Lan belum pernah .. mana Lan 
tau.." jawabku. "Tapi sewaktu Maz ngintip tadi, susu dan 
anu Mazni jadi gatal. nak garu Mazni malu ada Llan.. 
akhirnya Maz pulang. Terus Maz terkencing, dan sewaktu 
basuh rasanya enaaak sangat.." sahutnya. Si Mazni 
menyebut kelaminnya dengan sebutan "anu". "Terus Maz 
jadi bingung .. perasaan itu baru pertama kali Maz 
rasakan.." sambungnya. 
Memang aku dengan Mazni kalau bersembang sudah tidak ada 
batas apa-apa. Kami berdua selalu sembang apa adanya. 
Aku jadi bingung mau jawab apa. Tiba-tiba Mazni 
menyandarkan kepalanya ke bahuku. Ini pertama kalinya 
karena biasanya hanya tangannya saja yang ke bahuku. 
"Kenapa ya.. sepertinya Maz merasa dekaatt sangat dengan 
Lan. Padahal Lan bukan ada apa-apa dengan maz." "Laaa.. 
Maz kan sudah Lan anggap adik Lan. Jadi elok kalau maz 
dekat dengan Lan." sahutku. "Lan sayang tak kat mazni?" 
tanyanya sambil memandangku.Wajahnya sangat dekat 
denganku. Dapat kurasakan hembusan nafasnya yang wangi. 
Aku tak berani menegok ke arahnya. "Ya.. tentu sayang . 
dengan adik tentu ler sayang," jawabku. "Lan, Maz nak 
tanya ya.. tapi Lan jangan marah ya." "Tanya apa? Aper 
Lan pernah marah dengan Maz?" tanyaku. 
"Kalau Lan lagi ngintip Mak Piah, apa yang Lan rasakan?" 
tanyanya. Waaahhh.. Pertanyaannya makin menjurus nich. 
"Lan juga merasakan anu Lan mengeras sendiri." kataku. 
Aku menyebut penisku dengan "anu juga". "Lannn kalau 
bercakap tu lihat ke arah Maz lerrr.. jangan lihat 
keluar," katanya sambil menarik lenganku ke dadanya. 
Lenganku merasakan daging lunak dan hangat di balik 
dasternya. "Apa si Mazni tidak memakai Baju dalam ke?" 
kata batinku. 
Aku menengok ke arah Mazni sambil memegang dadanya 
"Laaaa.. naper Mazni tidak pakai baju dalam?" tanyaku. 
"Baju dalam Mazni basah semua Lan.. Nanti kalau Mazni 
pakai takut masuk angin," sahutnya. Saat aku memandang 
Mazni, jarak wajahku dan wajahnya sangat dekat sekali. 
Entah siapa yang meminta atau memulai, aku mencium pipi 
kirinya. Wangi. Dia mendesah pelan, "Hmmm.. aaahhh.." 
Kucium pipi satunya, keningnya, matanya, hidungnya. 
Desahannya makin keras. "Hmmm.. aaahh.. Lannnn." 
desisnya dengan bibir sedikit membuka. Kukecup bibirnya, 
dia diam saja tak ada reaksi apa-apa. Lama-lama dia pun 
membalas. Kami hanya berciuman bibir ke bibir saja. 
Maklum lah .. masih belum berpengalaman lagi. Tanganku 
masih memeluk di punggungnya. Belum tahu harus berbuat 
apa. 
Tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dengan wajah yang 
merah padam dan berkata, "Lannnn.. Mazni sayaangg sangat 
dengan Lan. Lan sayang tak dengan Maz?" tanyanya. 
"Laaa.. tadi kan Lan dah cakap kalau Lan juga sayang ," 
sahutku. 
"Lannn.. tadi waktu Lan pegang susuku, rasanya enaak 
sekali.. habis sewaktu cerita-cerita tadi susu sama anu 
Mazni jadi gatal lagi," sahutnya. "anu Lan sekarang 
keras tak?" sambungnya. 
Tiba-tiba tangannya memegang penisku dari luar. Memang 
saat itu aku hanya memakai seluar dalam dengan kain 
pelikat saja. Aku terkejut setengah mati. Langsung 
kutepis tangannya."Huusss jangan. Tidak 
sopan.."kataku."Udah sekarang kamu pegi tidur sudah 
malam. Besok kamu kan harus ke pasar. Nanti 
terlewat.."kataku lagi.Akhirnya Mazni pulang.Tapi 
sebelum pulang Mazni mencium pipi kananku."Maz sayang 
Lan," katanya singkat.
Sepulangnya Mazni, segala macam perasaan berkecamuk di 
dadaku. Ada perasaan apa antara aku dan Mazni? Apa ini 
yang dinamakan cinta? Kalau cinta, berarti kita akan 
pacaran seperti cerita kawan-kawanku di sekolah? Tanpa 
kusedari akhirnya aku tertidur dan dibangunkan ibuku 
keesokan harinya.Keesokan harinya, sepulang dari pasar, 
aku bingung kemana si Mazni ya? Biasanya setiap aku 
pulang dari pasar, dia sedang mencuci baju di perigi . 
Aku masuk ke rumahnya dari pintu belakang, melewati 
dapur terus ke kamarnya. 
Ternyata dia sedang tidur, masih memakai daster yang 
semalam. Mungkin masih ngantuk karena tidurnya terlambat 
tadi malam pikirku. Ketika aku akan meninggalkan 
kamarnya, dia menggeliat. Kaki kanannya menekuk ke 
samping sedang kaki kirinya lurus. Maka terpampanglah 
kemaluannya yang masih terbungkus seluar dalam nilon 
nipis warna cream.Aku berdebar melihat hal itu, kudekati 
dia. Wajahnya tampak damai sekali. Dadanya yang sedikit 
membusung itu turun naik dengan teratur. Sepertinya dia 
nyeyak sekali. Makin ke bawah kulihat pahanya yang putih 
mulus, makin berdebar aku rasa. Kuperhatikan dengan 
saksama vaginanya yang sedikit menggembung di 
selangkangnya. Ada garis samar-samar melintang dari atas 
ke bawah. Bulu-bulu halus nipis membayang. Kuelus 
perlahan-lahan. 
Terasa ada alur melintang. Kugesek-gesek perlahan takut 
dia bangun. Aku dekatkan wajahku ke sana. Ada aroma yang 
khas sekali, kucium perlahan. Baunya tak bisa aku 
gambarkankan tapi yang pasti segar sekali.Kutempelkan 
hidungku, kutarik nafas dalam-dalam. "Aaahh.. segar 
sekali.." Berkali-kali kulakukan itu sampai kudengar dia 
mendesah. "Aaahhh..." Aku terkejut langsung undur. Tapi 
dia tidak bangun . Aku jadi sedikit mengerti mengapa 
lelaki yang tidur sama Mak Piah suka menjilati 
kelaminnya Mak Piah. Menjilat? Apa tidak kotor. Tak 
terasa penisku mengeras. Aku betulkan posisi penisku 
karena miring kanan.Setelah beberapa saat, aku beralih 
ke dadanya. Kuperhatikan ada tonjolan samar di puncak 
bukitnya. Kupegang susunya perlahan-lahan, 
kubelai-belai, kucium dari luar dasternya. "Aaahh.." 
baunya pun segar. Kuulangi bergantian kiri dan kanan. 
Lama-lama tonjolannya semakin keras? Kenapa? Tiba-tiba 
dia menggeliat. Aku terkejut sekali. Refleks 
kugoyang-goyangkan badannya."Maz.. Maz. banguuunnn.. 
sudah membasuh ker beluuumm?" kataku supaya dia tidak 
curiga. 
Dia bangun sambil mengosok-gosok matanya. Dia terkejut 
ada aku di sebelahnya. 
"Terima kasih Lan, Aku belum membasuh lagi 
,"balasnya."Udahler cepat bangun. Nanti terlewat.." 
kataku.Dia duduk sebentar lalu bangun dan mengambil 
cuciannya. Direndam, lalu dia mencuci beras. Aku 
menemaninya sambil memotong-motong pisang, dan ubi. 
Setelah itu dia masak dan keluar lagi untuk mencuci 
baju. Aku membuat andaian. Aku agak heran mengapa dia 
jadi pendiam . Setelah aku selesai, aku langsung mandi 
dan bersiap untuk kesekolah. 
Dalam perjalanan kesekolah dia cerita."Lan, waktu aku 
tidur tadi aku mimpi aneh. ""Mimpi apa?" tanyaku." Aku 
mimpi aku sedang seperti Mak Piah." 
Aku terkejut sekali. Apa karena kuraba-rabanya."Kamu 
buat begitu dengan siapa?" tanyaku. "Dengan Lan ler," 
sahutnya. "Aaahhh.. kamu siang-siang takan mimpi. Itu 
namanya mimpi di siang hari, "kataku."Dahlah jangan 
difikirkan sangat nanti di sekolah kamu akan ketinggalan 
,"sambungku lagi. Malam itu aku belajar seperti biasa. 
Dengan seluar dalam dan kain pelikat. Sekarang Mazni 
datang dengan persoalan fizik-nya. Masalah gelombang 
elektromagnetik. Seperti biasa kujelaskan panjang lebar. 
Akhirnya dia mengerti. Saat dia sedang mengerjakan 
tugas, kuperhatikan seluruh tubuhnya. Dia duduk di 
sebelahku. Takan dia tidak memakai Baju dalam lagi? Apa 
masih basah? Sambil dia mengerjakan home worknya, 
kutanya dia, "Maz, Baju dalam kamu masih basah ya. 
Kenapa tak pakai? "tanyaku." Laaa.. Lan naper perhati 
Mazzz.." 
Aku diam saja. Bingung mau cakap apa. 
Hening karena masing-masing membuat home work. Setelah 
selesai semua, Mazni membuka pembicaraan."Lannnn.. Mazz 
sengaja tak pakai baju dalam karena Maz teringin Lan 
pegang susu Maz seperti kelmarin. Sungguh enak.... Lan.. 
Lan mau khaannn.. "kata Mazni. "Lan kan sayang maz ," 
sambungnya.Penisku mengeras dengan perlahan-lahan 
mendengar permintaan Mazni ."Eeee.. mmm cam mana yaa.." 
jawabku bingung dan senang."Oke lahhh Lan mau. Tapi Lan 
mau tutup pintu dulu . Takut ada yang nampak.." 
Setelah menutup pintu, aku berkata, "Sekarang Maz duduk 
dekat Lan.." 
Dia menggeser duduknya, kurengkuh pundaknya, dia 
menatapku. Kukatakan, "Lan sayang sama Mazni.." Lalu 
dengan penuh perasaan kucium pipi, kening, mata, hidung 
akhirnya bibirnya. Dia hanya diam saja. Seperti biasa 
kami hanya berciuman bibir. 
Tangan kananku memeluknya, tangan kiriku ke dadanya. 
Kuramas perlahan-lahan kiri dan kanan bergantian. 
"Aaacchhh.. Enak sungguh Lannnn.. aaaccchh.." desahnya. 
Saat dia mendesah, tanpa sengaja lidahnya bertemu dengan 
lidahku. Aku memainkan lidahnya dengan lidahku. Dan dia 
sepertinya mengerti dan membalas. Lidah kami saling 
membelit. Senjataku sekarang sudah keras sekali. Agak 
sakit karena posisinya miring. Aku biarkan. Terbayang 
semua adegan Mak Piah. Kuturunkan ciumanku ke lehernya. 
Dia makin 
mendesah-desah."Aduuuhh..Lannnn..ooohh..ooohh.." 
ku ingin memegang susunya terus tapi Mazni marah jangan 
laaaa?. Kucoba telesupkan tangan kiriku melalui celah 
ketiak dasternya. Oh halusnya daging kenyal itu. 
Besarnya kira-kira sebesar bola tennis. Ternyata Mazni 
tidak marah. Malah dadanya makin dibusungkan ke depan. 
Kurasakan putingnya makin menonjol. Aku sentuh. Dia 
tersentak dan mendesah, "Ya.. ya.. Lan.. yang sebelah 
situ enak Lan. Teruskan Lannn.. aaacchhh.." Ku elus 
putingnya, dia makin menggelinjang.Akhirnya aku tak 
tahan lagi. Aku cakap , "Maz, Lan mau cium susumu boleh 
khaann?" Mazni diam saja sambil memandangku tapi 
jawabannya adalah dia melepaskan dasternya. 
Aku kaget atas reaksi Mazni. Di hadapanku sekarang Mazni 
sudah telanjang dada. Dadanya bagus sekali bentuknya. 
Susunya bulat. Kira-kira sebesar bola tennis. Putingnya 
merah muda agak ke atas dengan putingnya yang menonjol 
keluar.Aku terpana."Lan.. cepat lerrr. jangan tengok 
aja, katanya mau nyusu.." Aku tersadar dan langsung 
mencium susunya. Kulumat putingnya bergantian. 
Kurebahkan dia di bangku. Nafasnya semakin memburu. 
Susunya semakin keras. "Ochh.. Lannn. ooohh.. aaahh.. 
aduuhhh.. aaahh Lannn nakalahhhh.."Tanganku yang tadinya 
memeluknya, secara refleks mulai mengusap-usap pahanya. 
Dari lutut sampai selangkang. Berkali-kali kulakukan hal 
itu. Setiap sampai di selangkangnya, pahanya terbuka. 
Kusentuh vaginanya dari luar CD-nya. Dia makin 
menggelinjang dan makin keras pula desahannya. Laaaa 
basah? Ah paling-paling keringat. Memang saat itu 
badannya sudah basah dengan keringat. 
"Lannn.. oohhhh.. hhaahh.. oohhahhh.. "Takut ibuku 
bangun, kucium mulutnya. Kami saling melumat lagi. 
Lumatannya sudah seperti orang yang kesetanan. Tangan 
kiriku di dadanya, dan tangan kananku di atas vaginanya. 
Tanganku mulai menyelusup ke dalam CD-nya. Terasa olehku 
bulu-bulu halus. Makin ke bawah kutemukan garis belahan. 
Kumasukkan jari tengahku ke belahan vaginanya. Basah dan 
licin. "Ooohh.. ternyata basahnya dari sini," pikirku. 
Kumainkan jari tengahku. Kutekan dan kugosok dengan 
pelan, makin lama makin cepat. Pantatnya bergerak-gerak 
seirama dengan gosokanku. Tak lama, tiba-tiba dia 
menjerit dan tersentak, "Lannnn.. aku terkencinggggg.. 
aaahh.." Tanganku basah dengan cairan leket licin. Dia 
langsung terlentang lemas dengan nafas yang 
termengah-mengah seperti orang yang dikejar anjing.Wajah 
Mazni merah, berkeringat dan terlihat amat cantik dengan 
senyumnya yang mengembang.Saat itu aku tidak tahu apa 
itu orgasme, G-spot, atau istilah seks lainnya.
"Laannnn..Maz lemaasss.. "katanya. "Lan.. tangannya ada 
air Maz tuuhh.." sambungnya lagi.Kutarik tanganku dari 
celana dalamnya. Aku bingung. takan air kencingnya leket 
begini? kucium. Tapi tak hancing ? Aku teringat lelaki 
yang bersama Mak piah. Dia saja mau menjilat punyanya 
Mak piah. Kucoba jilat cairan yang ada di tanganku. 
Rasanya asin, manis gurih dan agak hanyir. Ini apa ya..? 
Kucoba jilat lagi. Enak ler. 
"Lan Pengotorrrr..air kencing Maz dijilattt.." "Maz, air 
kencingmu leket begini?" tanyaku pada Mazni sambil 
kudekatkan tangan kananku ke wajahnya. 
Dia perhatikan tanganku."Biasanya tak begini Lann.. 
biasanya seperti air. Tapi yang ini meleket..?"gumannya 
dengan bingung."Dan waktu Maz kencing tadi, Maz rasanya 
seperti melayang-layang . 
Enaakkk sangat. Sekarang Maz lemas," 
sambungnya.Tiba-tiba dia bangkit seperti teringat 
sesuatu. Pada hal tadi dia mengaku masih lemas."Anu lan 
keras tak?" tanyanya sambil tangannya masuk ke dalam 
kain pelikat ku. Aku kaget karena tiba-tiba Mazni 
memegangnya, kutepiskan tangannya. Tapi sepertinya dia 
tidak rela. 
"Tadi Lan memegang anu ku, aku diam. Sekarang aku pegang 
anu Lan takan tak boleh ?" rajuknya. Aku bingung. 
Akhirnya kudiamkan, dia pegang penisku. Aku didorongnya 
supaya tidur terlentang.Dia mengangkat kainku, dia 
pegang dari luar CD-ku.
"Besar sekali Lannn.."katanya."Naper seluar dalamnya 
basah? Lan terkencing ya?" sambungnya.Mungkin dia 
membandingkan dengan saat kita mandi bersama dulu. Dulu 
memang penisku tidak tegang karena sudah terbiasa 
bersama. Dielus-elus penisku. Waaahh.. rasanya penisku 
jadi tegang lagi setelah agak mengendur. 
"Waahh.. Lann makin besar tuuhhh.. sakit tak?" katanya 
sambil terus mengelus. 
"Aaahh.."aku mengerang keenakan di elus seperti 
itu.Karena semakin tegang, kepala penisku akhirnya 
terkeluar diri seluar dalamku. Kepala penisku diusapnya.
"Aaahh.."auk seperti kena setrum letrik. "Air apa ini 
Lan, bening, agak licin?" tanyanya."Aku tak 
tttaaauuu..ooohh.."sahut ku keenakan. Ditariknya seluar 
dalamku sehingga penis kupun berdiri tegak."Laaann lucu 
seperti tiang litrik, "katanya. Lalu penisku 
digenggamnya,diremasnya."Aaahh.." aku mendesah-desah 
keenakan. Didekatkan wajahnya kepenisku, diperhatikan 
dengan teliti. "Laannn.. yang coklat-coklat ini isinya 
apa?" katanya sambil telunjuk tangan kirinya 
menusuk-nusuk bijiku. Tangan kanannya tetap menggenggam 
penisku. Lalu digenggamnya bijiku dan diremas-remas. 
"Laa.. laa.. naper isinya lari-lari.. lucuuu.. Laannn.." 
katanya lagi. 
Aku sudah kehabisan kata-kata untuk mengimbanginya 
karena keenakan. 
Mungkin waktu dia mengintip, dia melihat Mak Piah 
mengocok-ngocok penis, dia bertanya, "Lan, kalau aku 
buat beginiin sakit taakkk?" katanya sambil tangannya 
mengurut penisku naik turun."Aaahh.. Maazzz eeennnaaak 
saangaattt Mazzz.." kataku sambil mendesah."Ya..ya..gitu 
Mazzz..ennaakkk Mazz..""Cepatkan Lagi. laji Lagi 
Mazzz.."Aku merasakan penisku seperti diurut-urut. Sakit 
sedikit, geli, enak rasanya jadi satu.Tiba-tiba aku 
merasakan ada yang mau keluar dari dalam, lalu aku 
teriak, "Cepatttt.. Maazzz.. aku.. akuuu.." Dan belum 
selesai aku bercakap, "Croot.. crooott.. crooottt.." 
tiga kali spermaku muncurat ke wajahnya. Dia kaget, 
langsung mengelap wajahnya dengan sarungku. 
"Lannn ..Lann.... kenapa Lann.. sakit ya.." tanyanya 
sambil menatap wajahku. 
"Tak Mazz.Enaakkk sangat Mazzz.."kata ku sambil 
termengah-mengah. Lalu dia melihat ke penisku."Laa ,Lan 
kan jadi kecil..."Tanya nya heran. "Tak tau kenapa," 
sahutku. 
Kemudian kurangkul dia dan kupeluk sambil kucium 
pipinya. Kami tiduran sambil berangkulan."Terima kasih 
Mazz. Tadi itu enaaakkk sekali. Lan sekarang lemas." 
"Sekarang Maz pulang dulu.. sudah malam. Besok 
kesiangan.." 
Lalu kucium pipinya, keningnya dan bibirnya. Dia bangkit 
dan memakai dasternya. Lalu mencium pipiku dan 
pulang."bye..bye Lan.... Maz pulang dulu yaa. Terima 
kasih Lannn.."Aku bangun memakai celana dalamku yang 
tadi ditanggalkan oleh Mazni dan tidur karena 
kelelahan.Seperti biasa,setelah aku pulang dari pasar, 
kucari Mazni."Kemana lagi budak ni.. pasti tidur 
lagi,"pikirku. Aku masuk ke dalam rumahnya. Benar, dia 
lagi tidur memakai selimut."Mengapa budak ni siang-siang 
tidur berselimut? Sakit ker?" kata batinku. "Jendelanya 
juga ditutup? "Kupegang keningnya, "Tak panas pun.. 
kuperhatikan tubuhnya. Laaa putingnya kelihatan 
menonjol? Dia selimut dengan kain jarang tipis. Jadi aku 
tahu kalau putingnya menonjol. Aku sibakkan selimutnya 
pelan-pelan. "Laa.. tak pakai baju..?" batinku. Kutarik 
selimutnya semua. Melihat tubuh indah terpampang di 
hadapanku, penisku mulai berkedut. "Naper tangan 
kanannya ada di dalam seluar dalamnya? Habis mengapa 
dia?" batinku. Melihat dadanya, penisku mulai tegang, 
kudekatkan wajahku, kucium pipinya, hidungnya, matanya. 
Eh.. dia menggeliat bangun. Mungkin kena angin.Jadi 
terasa dingin. Dia kaget melihatku. Langsung menarik 
selimutnya untuk menutupi tubuhnya."Eh..Lann.buat apa tu 
," katanya."Tadi kamu aku panggil-panggil tapi tak 
jawab, lalu aku masuk. Aku terkejut lihat kamu tidur 
telanjang, selimutnya bersepah. Lan mau betulkan selimut 
kamu," kataku membela diri. 
"Jadi Lan sudah melihat aku tidur dari tadi?""Lhaaa.. 
habis kamu tidur tak pakai baju. Salah kamu kan.""Laaa.. 
Lan sengaja masuk ke rumah orang tanpa kebenaran.." 
"Yaa.. sudah Lan balik. Bangun pergi mencuci dan masak." 
kataku sambil meninggalkannya."Yee.. gitu aja Llan 
marah. Sini dulu Lannnnn.." katanya manja sambil menarik 
tanganku agar duduk didepannya."Lannnn aku teringin 
seperti semalam " katanya sambil menatapku. "Takan 
siang-siang begini. Nanti malam ok." "Tak..nak 
sekarang.. "rengeknya. Tau-tau dia merangkulku dan 
mencium bibirku. Aku tidak bisa menolaknya, kubales, 
kumainkan lidahku di mulutnya. Dia membalas. Nafasnya 
mulai tersengal-sengal. Selimutnya kusingkirkan, 
kuremas-remas susunya. Ciumanku mulai turun ke lehernya, 
turun lagi ke pundaknya, lalu mulutku melumat puting 
kanannya. 
Kepalanya menengadah sambil mendesis-desis. Persis 
seperti Mak Piah Oohhh..... Lan ..enak Lannnnn.." Lalu 
kurebahkan dia kedepan. Tangannya mulai masuk ke dalam 
seluar dalam ku dan memegang penisku di dalam seluar. 
Mungkin karena kurang leluasa, Mazni mulai menurunkan 
seluar pendekku dengan CD-nya sekalian. Aku bantu dengan 
mengangkat pantatku. Tanganku pun mulai menurunkan 
celana dalamnya. Akhirnya dia bugil di depanku. "Lannn 
curaaang.. naper seluar nyer tak di buang " 
"Laaa..jangan lerr." Lalu dia melepas kaosku. Kami lalu 
berguling-guling di depan sempit tersebut, kutindih 
badannya. Mulut kami saling mengunci tidak bisa berkata 
apa-apa. Tangannya memegang penisku. Agak sakit. Kuraba 
seluruh badannya termasuk paha, punggung, perut. Setiap 
kuraba vaginanya, pahanya selalu direnggangkan. 
Aku lalu teringat Mak Piah. Dulu lelaki menjilati 
kelamin Mak Piah. "Kucoba ke Mazni aahhh.." batinku. 
Lalu ciuman kuturunkan ke lehernya, kedua susunya. Jari 
tengah tangan kananku masuk ke belahan vaginanya. 
Sudah basah. "Aaahh.. ooohh.. sshhh.. ssshh.." dia 
mendesah agak keras, kudiamkan karena aku yakin saat 
sekarang di sekeliling rumah sewaku pasti sepi.Lalu 
ciumanku turun ke perutnya. Kujilat-jilat pusatnya. Dia 
makin menggelinjang. Ciumanku terus turun sampai 
akhirnya wajahku tepat di depan vaginanya. Aku tak 
peduli gimana rasanya, kucium vaginanya. Baunya segar 
sekali. 
Mazni kaget sekali saat kucium kewanitaannya. Dia bangun 
dan melihat saja. "Lan.. Pengotor . Maz punya anu pun 
dicium.." desahnya tapi tidak tampak adanya penolakan. 
Saat kumasukkan lidahku, Mazni mendesah, "Aaahh.. 
Lannn.. tempik Mazni buat apa tuuuu .. aaahh Lannn .. 
jangan.. adduuuhh.." Aku terus saja menjilat benjolan 
kecil di dalam kemaluan Mazni. Sementara Mazni 
menggelinjang tidak karuan. 
Kira-kira lima menit, tiba-tiba Mazni menekan kepalaku 
dan mengangkat pantatnya sehingga aku agak sulit 
bernafas. "Laaannn.. Mazz mau kencinggg.." Menyemburlah 
cairan hangat seperti tadi malam. Karena aku sudah tahu 
rasanya, kujilat semuanya sampai habis. Uh, enak sekali 
rasanya.Manis, asin, gurih jadi satu. Aku naik ke atas 
dan memeluknya sambil tidur."Lann.. Maz Letih.." sambil 
wajahnya ditaruh di dadaku.
"Lan tak jijik ker jilat anu Maz?" tanyanya. "Lan kan 
sayang Maz. Jadi Lan tak akan jijik." sahutku sekenanya. 
"Terus, kencing maz juga dijilat? Enak ker ? " "Enak 
lerrr ." 
Hening sejenak."Lan, " Lan nak Maz buat cam ner ," 
katanya sambil memegang penisku. 
"Terserah Maz,"kataku."Mazni kocok seperti semalam 
yaach."Lalu dia jongkok, mengocok-ngocok penisku yang 
tegang. Aku mendesah keenakan. "Aaahh.. Ooohh... 
sshhh.."Penisku makin tegang rasanya. 
Tiba-tiba penisku terasa geli, basah dan hangat? 
kutengok ke bawah. Ternyata Mazni sedang menjilat-jilat 
kepala penisku. Aku tidak tahu belajar darimana dia, 
yang penting yang kurasakan saat itu nikmat sekali. 
Mimpi dipegang kemaluanku oleh perempuan saja aku tak 
pernah. Apalagi sekarang dijilat. "Aduuuhh Mazzzz.. aku 
kamu buat tu.. aaahh.." 
Saat sedang enak-enak mengerang, tiba-tiba terasa 
hangatnya tidak di kepalanya saja. Kulihat ke bawah, 
"Astaga..!" Penisku diemut. Belum berfikir yang lain, 
tiba-tiba ada rasa aneh di penisku, ternyata selain 
diemut, Mazni pun menghisapnya. Tak tahan akan gelinya, 
aku semakin mengerang. "Mazzz.. kamu buat apa niiiii.. 
Mazzz.. kamu Jijik.." Tak berapa lama aku terasa nak 
terkencing. "Mazzzz.. sudaaahh.. Lannn mau kencing.." 
Karena tidak tahan dan Mazni tidak melepaskannya, 
akhirnya, "Croottt.. croottt.. croottt.." Empat atau 
lima kali penisku menembakkan cairannya di mulut Mazni. 
Mazni Terkejut sekali. Sebagian ada yang tertelan dan 
sebagian lagi meleleh keluar dari bibirnya. "Lan jahat.. 
naper kencing di mulut Maz.." katanya sambil berdiri dan 
mengelap mulutnya dengan kain . 
Lalu dia minum air putih. "Maz juga kan.. lan bilang 
sudah.. sudah, tapi Maz tak mau lepas," balasku. "Sudah 
sini tidur. Lan Keletihan ," sambungku. Sambil tidur 
,kucium pipinya."Mazni mau hisap anu Lan? Apa tak 
jijik.,"pancingku."Laaa, kata Lan kalau sayang kan tak 
jijik." "Tadi kencing Lan cammana rasanya?Enaakk?""Enak 
Lan. Kayak santan tapi agak masin." "Mazni belajar dari 
mana?""Waktu Mazni ngintip, Mazni lihat Mak Piah hisap 
anunya pak Cik tu. Nampak Pak Cik tu keenakan. Terus Maz 
mau Lan juga keenakan. Ya Maz tiru Mak Piah." "Lan, Maz 
malu mau cerita sama Mas." 
"Cerita saja . dengan Lan buat per nak malu .""Maz juga 
sering membaca . Maz dapat sewaktu beli surat khabar 
untuk bungkus. Ada dua Lan. Yang satu Eni Arrow, yang 
satu Nick Carter." "Sewaktu Maz baca, badan Maz 
merinding semua. Terus susu sama anu Maz jadi 
gatal."Ooohh patut dia cepat belajar. Dari situ ler 
sumbernya. Ditambah live show. 
Selama berbaring, dadanya menghimpit dadaku. Terasa 
hangat dan kenyal. Lama-lama penisku keras lagi. Kucium 
pipi dan bibirnya lagi. Dia pun menyambutnya dengan 
mesra. Kami berciuman, bergulingan. Tanganku pun mulai 
bergerilya lagi. Ke susunya, punggungnya, lehernya, 
selangkangannya. Akhirnya tangan kananku berhenti di 
daging lunak di selangkangannya. Aku mulai mengusap-usap 
klitorisnya. Dia makin mendesah-desah tak karuan. 
"Aaahh.. Laaann.. Maz sayang Lan.. shhh.. aaahh.. enak 
Lannn.. teruuuss Lannnn.." Sementara tangannya mulai 
meremas-remas punyaku. Penisku 
sudahpadapuncaknyasekarang.Tiba-tibaTitinmelepaskanpelukannya."Lannn.. 
Maz mau seperti Mak Piah.. Lan mau kaaann.." katanya 
sambil menatap mataku.
Ada permintaan tulus di sana, ada gelora di sana, ada 
sesuatu yang aneh di sana. 
"Tapi Lan takuutt..Nanti gimana? Kita kan belum 
pernah..""Tapi Maz mau Lann.." katanya lagi.Lalu penisku 
diusap-usapkan ke mulut vaginanya yang sudah basah.
"Aaahh..sshhh.."dia mendesah. 
Mendengar desahannya, aku mulai bertindak. Kukangkangkan 
pahanya, terlihatlah vaginanya yang tembem dengan rambut 
halus dan jarang, bagian dalamnya yang merah muda dan 
ada tonjolan daging sebesar kacang hijau. Vaginanya 
ternyata sudah basah sekali.Merah 
berkilat-kilat.Kusentuh kacang hijau 
itu."Aaccchh..Lann..ssshh.."Oh, jadi ini lah yang 
membuat dia menggelinjang tu.Kusentuh lagi."Aaccchh.. 
Lannn.. ssshh.. buat apa tuuuu siiicchh Lann..nakal 
sangat nihhh.." desahnya.Kudekatkan wajahku supaya bisa 
melihat lebih jelas. Bentuknya lucu sekali. Aku coba 
menjilatnya.
"Aaacchh.. Lannn.." "Lann.. cepattttt." katanya tak 
sabar. 
Kuarahkan kepala penisku ke mulut vaginanya, kutekan 
sedikit. "Aaahh.." ada rasa hangat di kepala penisku. 
Kutekan sedikit. Kok mentok? Kutekan lagi. Mentok lagi. 
"Maz, lubangnya yang mana?" tanyaku. "Agak ke bawah 
sedikit Lann, di bawah yang Lan pegang tadi." 
Kuperhatikan dengan saksama. Oh, itu lubangnya. Naper 
kecil sangat? Apa punyaku boleh masuk? Kuarahkan penisku 
ke sana, kutekan. melesat. Coba lagi. Meleset lagi. 
"Mazz.. tolong lerrrr.." Maz memegang penisku lalu 
mengarahkannya. "Tekan Lan.. ya.. ya.. di situ tekan 
Lan." Kutekan pelan-pelan. meleset? Tekan lagi meleset 
lagi. Camana caranya? Kupegang erat-erat penisku lalu 
tekan agak keras. Dan.. 
"Aaa.. Lannn sakiiitt. Pelan-pelan lerrr sikit.." Terasa 
kepala penisku terjepit sesuatu yang hangat."Tahan Maz.. 
tahan.." Dia meringis sepertinya menahan sesuatu. " 
tekan lagi Lann.. pelan-pelan Lannn.. aaahh.." Kutekan 
perlahan-lahan dengan kekuatan penuh. "Aaahh.." Kepala 
penisku terasa ngilu. Hangat. Kulihat sudah separuhnya 
tertancap, Mazni meringis, kutahan sebentar. Setelah 
Mazni terlihat tenang, dengan tiba-tiba kutekan penisku 
sekuat tenaga, "Blesss.. bret..""Aaawww.. sakiittt 
Lannn.. tahan Lann.. diam dulu Lannn.." Mazni berteriak. 
Lalu kutahan. Ujung penisku seperti menyentuh sesuatu 
yang hangat. Aduh, rasanya seluruh penisku seperti 
terjepit oleh sesuatu yang hangat dan berkedut-kedut. 
Rasanya ngilu, sakit, enak, semuanya jadi satu. 
"Mazzzz.. tahan sedikit ya.." kataku. Lalu aku menarik 
pantatku dan menekannya secara perlahan-lahan. Berulang 
kali. Kulihat Mazni meringis-ringis. Begitu juga aku 
ikut meringis. Tapi kami sama-sama tidak mau 
berhenti.Setelah mungkin ada sekitar 15 kali naik turun, 
vagina Mazni mulai agak licin. Dan Mazni pun mulai tidak 
meringis lagi.
"Ayoo.. Lannn.. ayoo Lann.. enak.. aaduuuhh enaaakkk 
Lannn.. aaacchh.. ssshh.." 
Aku pun merasa sudah tak begitu ngilu lagi. "Ayooo 
Lann.. yang cepat Lan.. yang dalam Lannn.. Sshhh.. 
aaacch.." 
Mendengar desahan itu aku makin cepat memompa penisku 
naik turun. Makin cepat, secepat aku bisa. Mazni 
kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan. Tangannya 
memegang sisi katil. Susunya bergoyang-goyang. Badannya 
basah oleh keringat begitu juga rambutnya. Pantatnya 
yang tadi diam, sekarang mulai bergoyang. Naik, turun, 
kiri dan kanan. Tak lama aku merasa penisku semakin geli 
yang tak tertahan, dan terasa ada sesuatu yang mau 
keluar. Tapi aku merasakan tak ingin berhenti memompa. 
Tiba-tiba Mazni merangkulku dengan keras, menggigit 
pundakku. "Aaahh.. Aaauuw.. Aku kencing.. Lannn.." Aku 
yang juga merasa mau kencing, kutekan sekuat tenaga 
penisku sampai mentok dan kutahan. "Samaaa.. Lannnn juga 
Kkencing.. aaacchh.." dan, "Crooott.. crooott.. 
crooottt.." Empat kali penisku menyembur ke vagina 
Mazni. Aku tergolek lemas di atas tubuh Mazni. Tubuh 
kami sama-sama banjir oleh keringat. Kami diam beberapa 
saat. Penisku sudah lemas tapi masih tertancap di 
vaginanya. 
Setelah mengatur nafas masing-masing, Mazni berbisik, 
"Terima kasih banyak Lann.. bukan main.. Lannn.. enak 
sungguh ya Lannn.." "Eee.. Mazzz.. jangan gerak dulu. 
Masih sakittt.." desahku. Karena tak tahan kucabut 
punyaku, dan aku tergolek di sebelahnya. 
"Pantas saja Mak Piah sering begini. Tak taunya enak 
banget." desahku setelah bisa mengendalikan diri. 
Tiba-tiba kami sadar bahwa ada tugas yang harus 
kukerjakan. Aku langsung bangun. Dan kulihat ada 
bercak-bercak kemerahan di tilam Mazni dekat 
selangkangannya. "Mazzzz.. punya kamu berdarah ya.. 
ma 

0 comments:

Post a Comment